Jumat, 11 Mei 2012

PENANGKARAN RUSA SAMBAR







Usaha penangkaran rusa sambar merupakan salah satu usaha penigkatan populasi rusa yang semakin berkurang akibat perburuan liar. Selain itu penangkaran rusa sebagai tempat pelatihan dalam upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.


Rusa sambar adalah salah satu jenis satwa liar yang sangat potensial untuk dikembangkan karena mempunyai tujuan konservasi dan salah satu sumber protein hewani, pemanfaatan kulit dan ranggah sebagai hiasan atau kebutuhan lain seperti pembuatan tas dari kulit rusa, ranggah rusa sebagai gagang senjata tradisional atau pembuatan obat yang menggunakan bahan baku ranggah rusa dan lain sebagainya.


Ciri khas rusa sambar adalah tubuh yang besar dengan warna bulu kecoklatan dan cenderung berwarna coklat gelap atau coklat ke merah-merahan, warna gelap sepanjang bagian atas. Rusa sambar juga memiliki ranggah yang terdiri dari cabang pertama dan cabang kedua

Rusa sambar merupakan salah satu satwa yang mulai berkurang populasinya akibat pemanfaatan hutan sebagai lahan perkebunan dan perburuan liar. Penangkaran rusa sambar merupakan salah satu usaha melestarikan populasi, tetapi dalam pelestarian ini harus ada keseimbangan antara populasi pejantan dan betina.


Penentuan Lokasi


Lokasi penangkaran rusa sambar, terhindar dari hewan pemburu seperti harimau, anjing, babi hutan dan lain sebagainya yang dapat mengganggu kelangsungan proses penangkaran dan membuat rusa sambar stres, lokasi penangkaran menyerupai habitat aslinya, pemilihan lokasi yang tenang dan jauh dari sumber keramaian dan perburuan. Hal ini untuk mengantisipasi agar rusa sambar tidak stres akibat keramaian. Tapi, hal ini tidak berlaku apabila rusa sambar telah terbiasa dengan keramaian.

Akses Jalan


Lokasi yang ideal untuk mendirikan penangkaran adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari permukiman penduduk, tetapi mudah dicapai kendaraan. akses jalan menuju lokasi penangkaran layak dilalui kendaraan berroda empat, sehingga pakan dan konsentrat sebagai kebutuhan sehari-hari dapat tersedia di lokasi penangkaran, Jarak lokasi penangkaran rusa sambar dari Fakultas Peternakan Universitas Jambi ± 2,125 km.

Aspek Pemeliharaan Rusa Sambar


Rusa sambar (Cervus unicolor) di penangkaran di pelihara secara alami, yaitu dengan cara melepaskan rusa sambar di dalam area seluas ± 0,8 ha, area penangkaran dibuat hampir menyerupai habitat aslinya dan di pagar keliling menggunakan kawat setinggi ± 2 m.


Padang rumput tidak tersedia seperti di dalam habitat aslinya, pakan yang diperlukan rusa sambar diambil dari lahan sekitar dan diberikan pada sore dan malam hari karena di dalam habitat aslinya rusa sambar mencari makan sepanjang malam. Ratag (2006) menyatakan rusa sambar mencari tempat terbuka dan padang penggembalaan setiap dini hari dan sepanjang malam hari.


Pakan Rusa Sambar


Pakan rusa sehari-hari yang biasa di berikan terdiri dari rumput, daun-daunan, daun muda, tanaman berkayu, dan buah jatuh. Jenis pakan yang di berikan adalah Mallothus biaceae, Vitex pinnata, Eleusine indica (L.) Gaertn, P. Philippense, Brachiaria mutica, Cynodon dactylon (L.) Pers, Paspalum conjugatum Berg, Calopogonium mucunoides Desv,Vitex pubescens Vah, Trema orientalis (L.) Blume, Artocarpus champeden, Ipomoea fistulosa Mart.Ex.Cholsy, Hevea brasiliensis Muell. Arg, Alstonia scholaris R. Br dan masih banyak pakan pokok seperti jambu hutan, daun cabe-cabean, daun aro dan lain-lain, Ma’ruf. et al (2005) menyatakan pakan utama rusa sambar; berupa hijauan yang terdiri dari jenis rumput-rumputan : Brachiaria decumbens, B. huminicola, B. brizantha, Paspalum atratum, Pennisetum purpuphoides (king grass); jenis legum: Stylosanthes guyanensis, Calopogonium, Arachis pintoi; sebagai sisipan yaitu daun sengon, turi, nangka, dan lain-lain. Jenis lain menurut Semiadi dan Nugraha (2004) yaitu Panicum maximum, Setaria sphacelata, Euchlaena mexiocana, Digitaria decumbens, B. mutica, dan Seataria sphacelata.


Pemberian pakan dan konsentrat rusa sambar diberikan secara terpisah yaitu konsentrat diberikan setiap pada sore hari dan pakan pokok (hijauan dan daun-daunan) akan diberikan setelah pemberian konsentrat, apabila pakan pokok dan konsentrat diberikan secara bersamaan, rusa sambar akan lebih memilih konsentrat terlebih dahulu ketimbang hijauan. (Semiadi dan Nugraha, 2004) menyatakan penggabungan pemberian pakan antara hijauan dengan konsentrat akan memberikan peningkatan yang nyata terhadap pertumbuhan berat badan.


Pemberian pakan berupa hijauan atau dedaunan yang telah di ambil dari lahan sekitar dan masih segar diberikan pada sore hari (17,00 WIB) dan pada malam hari (21.00 WIB), karena pada saat malam hari rusa akan mengkonsumsi pakan lebih banyak di banding siang hari,


Pada siang hari rusa sambar akan beristirahat dan sebagian hidupnya di siang hari mencari pakan yang ada di dalam lokasi penangkaran, pada umumnya rusa sambar akan mengambil buah biji karet yang jatuh, bunga durian, bunga petai dan petai yang jatuh akibat tertiup angin kencang atau hujan. Rusa sambar juga diberikan buah nangka muda dengan cara di potong menjadi 4-6 bagian, kulit kelapa muda, kelapa yang telah di kupas dan di belah, jambu hutan dan lain-lain, tetapi pemberian buah-buahan tidak diberikan setiap hari.


Konsentrat diberikan pada sore hari ebelum pakan pokok diberikan, pemberian konsentrat sebanyak ± 50 kg untuk 11 ekor rusa sambar dengan komposisi dedak padi dan bungkil kelapa dengan perbandingan 5 kg dedak padi, 1 kg bungkil kelapa dan 0,25 kg garam dapur. Cara pemberian konsentrat yaitu dengan cara mencampurkan bahan-bahan tersebut dengan air sehingga bungkil kelapa dan bahan yang lain dapat tercampur secara homogen.






Tempat Pakan


Tempat pakan yang terdapat di penangkaran rusa sambar tidak layak pakai karena tempat pakan hanya beralaskan tanah, sehingga pakan yang ada di bagian bawah tidak termakan dan akhirnya terbuang, Hal ini akan menjadi kendala pada saat musim hujan, pakan akan lebih mudah kotor akibat percikan air hujan.

Tempat pakan yang layak Menurut penjelasan Garsetiasih dan Takandjandji (2007) adalah Tempat makan yang digunakan berbentuk palungan berukuran panjang 1,5-2,0 m dan lebar 0,5 m atau dapat pula berbentuk bulat segi 6 berukuran diameter 50-75 cm dengan tinggi 30 cm dari atas permukaan tanah. Bahan yang digunakan untuk membuat tempat makan ini terdiri dari papan, kayu, atau seng polos/licin. Tempat makan diletakkan di tengah atau di sudut kandang.

Kandang Koloni


Kandang rusa berbentuk koloni dengan ukuran ± 3 m x 4 m. fungsi kandang kolon untuk berkumpul, berbaring dan menenangkan diri. Suasana kandang kelompok ini jauh dari akses pengunjung tetapi dapat di pantau dari jarak jauh dan sedikit gelap menurut Ma’ruf et al (2005) karena dalam kondisi gelap rusa akan lebih tenang


Kandang isolasi


Rusa yang sakit, maupun yang baru datang perlu penanganan serius, sehingga penting adanya kandang isolasi. Untuk rusa sambar yang baru datang di area penangkaran membutuhkan tempat untuk menenangkan diri sebelum di lepas bersama kelompok yang lain, dengan adanya kandang isolasi rusa yang sakit dapat perlakuan khusus seperti pemberian obat injeksi maupun oral.




Ketersediaan Air



Ketersediaan air minum dalam lokasi penangkaran telah tercukupi bahkan untuk kebutuhan sehari-hari air yang diperlukan lebih dari cukup, tetapi secara kualitas air belum terpenuhi . Garsetiasih dan Takandjandji (2007) menyatakan rusa memerlukan air untuk minum dan berkubang. Oleh karena itu, air tersebut sebaiknya selalu bersih dan sering diganti. Pada musim kawin, rusa jantan sangat menyenangi air sebagai tempat berkubang sambil meraung-raung dan mengejar betina.


Agar kualitas air yang dibutuhkan rusa dapat terpenuhi kolam terbuat dari bak semen yang di benamkan dalam tanah, Garsetiasih dan Takandjandji, (2007) menyatakan bahwa tempat minum yang digunakan berbentuk kolam persegi panjang berukuran 1,0 x 0,5 x 3,0 m yang dibenamkan ke dalam tanah atau berbentuk kolam dilengkapi dengan pembuangan. Bentuk ini dapat menghindari rusa jantan yang sering menanduk terutama apabila memasuki musim kawin.


Rusa sambar tidak tahan terhadap suhu tinggi, sehingga ketika suhu mencapai 34oC rusa sambar akan mendinginkan dengan berkubang, selain itu pada saat lalat mengerumuninya rusa sambar juga akan berkubang.


Karakteristik rusa sambar


Klasifikasi rusa Sambar berdasarkan nama ilmiah menurut (Eco India, 2008) sebagai berikut: kingdom: Animalia, pilum: Chordata, class: Mamalia, ordo: Artiodactyla, sub ordo: Ruminantia, famili: Cervidae, Sub famili: Cervinae, genus: Cervus, spesies: C. unicolor, zoological name: Cervus unicolor.


Ciri khas rusa sambar yang ada di penangkaran BKSDA adalah tubuhnya yang besar dengan warna bulu kecoklatan dan cenderung berwarna coklat gelap, bagian atas warna lebih cenderung lebih gelap. Rusa jantan memiliki ranggah dengan panjang rata-rata 43 cm sedangkan betina tidak memiliki ranggah


Ranggah akan lepas dan tumbuh setiap 1 tahun, struktur ranggah memiliki cabang pertama dan cabang ke dua. Ranggah akan tumbuh ke atas dan bagian cabang menghadap ke depan. Anderson (1978) menyatakan struktur ranggah terdiri atas cabang pertama yang letaknya paling bawah disebut brow tines, sedang cabang kedua dengan dua ujung masing-masing inner top tines yang terletak dibagian dalam dan outer top tines di bagian luar.


Pada saat ranggah rusa mulai mengeras dan kulit ranggah yang membalut mulai terkelupas rusa sambar jantan mulai mengasah ranggahnya pada pohon, pada saat mengasah ranggah untuk pertama kali, ranggah akan akan tampak berwarna putih kemerahan dan cenderung berwarna gelap, karena pada fase ini ranggah yang baru terkelupas dari kulitnya akan mengeluarkan darah. Menurut Goss, (1983) tahap ranggah keras ditandai dengan tingkah laku rusa yang mengasahkan ranggahnya pada benda keras sehingga kulitnya mengelupas. Pada akhir tahap ranggah keras, ranggah akan lepas, berikutnya ranggah rusa yang baru akan tumbuh lagi. Peristiwa ini disebut dengan siklus pertumbuhan ranggah.

Trauma Rusa Sambar


Rusa sambar juga dapat mengalami trauma. Misalnya rusa sambar tersebut mengalami trauma akibat penggunaan senapan bius yang membuat rusa sambar merasakan rasa sakit ketika peluru bius menancap di tubuhnya, bahkan saat tersadar dari pengarus obat bius, rusa sambar merasakan rasa sakit di bagian peluru bius menancap ditubuhnya sehingga meninggalkan bekas luka.


Penggunaan kamera yang menggunakan cahaya kilat juga dapat membuat rusa sambar ketakutan,karena cahaya yang datang tiba-tiba memembuat rusa terkejut. Banyaknya pengunjung yang masuk ke dalam area pedok rusa sambar sehingga membuat rusa sambar terganggu dan mengakibatkan stres akibatnya rusa sambar berlarian tanpa arah bahkan rusa dapat melompat pagar setinggi ± 2 m.

Tingkah Laku Rusa Sambar


Ratag (2006) rusa sambar umumnya hidup soliter dan jarang berpasang-pasangan. Hanya pada musim birahi ditemukan berpasang-pasangan di daerah terbuka atau padang penggembalaan. Setelah masa kawin selesai rusa kembali hidup soliter di dalam hutan atau rawa-rawa


Pakan rusa sambar diberikan pada saat sore hari karena karakteristik rusa sambar (Cervus unicolor) merupakan salah satu hewan yang mencari makan di sore dan malam hari. Ratag (2006) rusa sambar mencari tempat terbuka dan padang penggembalaan setiap dini hari dan sepanjang malam hari.


Pada saat malam hari rusa sambar berkumpul di tempat yang banyak terdapat sumber pakan dan area terbuka. Rusa sambar akan berkumpul di tempat tersebut antara jam 16.00- 17.00 WIB dan akan kembali ke tempat yang lebih rindang jam 5.00 WIB pagi, mereka akan berkumpul dan berjalan ke tempat yang lebih aman untuk beristirahat dan mencerna makanan tempet yang di pilih rusa sambar adalah tempat yang rindang.


Rusa sambar memiliki mata malam yang berfungsi untuk mempertajam penglihatan rusa, mata malam terletak di bagian bawah mata dan berbentuk seperti yang tertutup. Mata malam akan berfungsi pada saat malam hari, tetapi pada saat berbaring, di tempat terbuka dan pada saat makan mata malam akan tertutup. Pada saat mata malam terbuka maka indra penciuman rusa tidak terpakai, karena rusa sambar menahan nafas untuk membuka mata malamnya. Sehingga ketika rusa sambar stres maka mata malamnya akan terbuka dan mengakibatkan kematian karena mata malam terlalu lama terbuka. Pada saat menutup kondisi rusa sambar normal, apabila terbuka maka rusa sambar mencium bau/ aroma yang asing seperti rusa sambar yang baru di kenal, lihat penjelasan, dan mata malam akan terbuka ketika mencium bau pakan yang baru diberikan.Pada saat suhu tinggi mencapai 34oC, rusa sambar akan berkubang karena bulu rusa sambar yang cenderung gelap dan mudah menyerap panas, tempat berkubang yang dipilih untuk adalah kubangan yang rindang seperti di bawah pohon. Ketika suhu dingin 24,25oC dan pada saat hujan turun dan setelah hujan reda rusa sambar akan cepat merasa lapar dan mencari pakan, karena rusa sambar butuh energy untuk menghangatkan tubuhnya.

Ranggah Rusa Sambar


Perbedan ranggah dan tanduk adalah, ranggah akan tumbuh dan lepas sedangkan tanduk akan tumbuh secara permanen. Ranggah rusa sambar akan tumbuh dan lepas setiap 1 tahun, ranggah hanya dimiliki rusa pejantan, Semiadi (1998) menyatakan Rusa jantan membutuhkan mineral tertinggi pada saat pertumbuhan ranggah muda.


Fungsi ranggah rusa sambar sebagai mahkota, menarik perhatian lawan jenis (pasangan) dan juga sebagai pelindung dan senjata untuk melindungi diri




Musim Kawin



Dalam penagkaran rusa sambar BKSDA, jumlah pejantan yang ada di penangkaran lebih banyak dibanding jumlah betina, jumlah pejantan 8 ekor dan betina 3 ekor, sehingga pada saat musim kawin rusa jantan akan mengawini betina yang ada, hal ini akan menimbulkan keguguran pada rusa bunting. Pada saat musim kawin sifat yang mudah diamati adalah sifat pejantan yang mencium daerah genital betina, selain itu rusa sambar jantan akan mengikuti langkan rusa betina. Becker et al (1992) menyatakan Karakteristik dari tingkah laku seksual lain yang diamati adalah mencium daerah genital betina, menggigit dan mengeluarkan suara khas untuk aktivitas reproduksi (vocalization).


Semiadi dan Nugraha (2004) menyatakan pada kelompok rusa ketika memasuki musim kawin, pejantan akan berkompetisi dengan pejantan lain untuk dapat menguasai kelompok betina yang dapat dikawininya.




DAFTAR PUSTAKA





Anderson, R. 1978. Gold on four feet. Melbourne: Ronald Anderson and Associates Pty.



Becker J.B, Breadlove M, and Crews D. 1992. Behavioral Endocrynology. Masschusetts: The Mit Press Cambridge.

Eco India. 2008. Sambar Deer in India, Sambar deer in Kaziranga National Park, Eco India. http://www.ecoindia.com/animals/mammals/sambar-deer.html diakses 27-9-2011

Garsetiasih R dan M Takandjandji. 2007. Model Penangkaran Rusa. http://www.dephut.go.id/files/Garsetiasih_Mariana.pdf. diakses 27-9-2011

Goss, R. J. 1983. Deer Antlers, regeneration, function and evolution. New York: New York Academic Press.



Imelda. 2004. Tingkah laku sosial rusa sambar (Cervus unicolor Equinus) di Balai Raya Semarak Bengkulu. Skripsi. Bengkulu: Program Studi Produksi Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu



Ma’ruf A.,T. Atmoko dan I Syahbani. 2005. Teknologi Penangkaran Rusa Sambar (Cervus unicolor) Di Desa Api-Api Kabupaten Penajam Paser Utara Kalimantan Timur.http://library.forda-mof.org/libforda/data_pdf/1238.pdf. diakses 2-10-2011

Ratag, E.S.A. 2006. Kajian Ekologi Populasi Rusa Sambar (Cervus unicolor) Dalam Pengusahaan Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.



Semiadi G. 1995. Biology of Deer Reproduction: a Comparison between temperate an tropical species: Review Bull Pet.



Semiadi G. Muir P.D, and T.N Barry. 1994. General Biology of Sambar deer (Cervus unicolor) in captivity. N Z J Arig Res.



Semiadi, G. 1998. Budidaya Rusa tropika sebagai hewan ternak. Masyarakat Zoologi Indonesia. Jakarta.








26





Semiadi, G. dan R.T.P. Nugraha. 2004. Panduan pemeliharaan Rusa tropis. Puslit Biologi LIPI. Bogor.